Bahan Kuliah

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Teori
Wiliam Wiersma (1986) menyatakan bahwa teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik.
Cooper and Schindler (2003), mengemukakan bahwa teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan unutk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Sitirahayu Haditono (1999), menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada.
Mark 1963, dalam (Sitirahayu Haditono, 1999), membedakan ada tiga macam jenis teori yaitu :
a. Teori yang deduktif merupakan teori yang memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu kea rah data akan diterangkan.
b. Teori yang induktif adalah cara menerangkan dari data kea rah teori
c. Teori yang fungsional yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa, suatu teori adalah konseptualisasi yang umum diperoleh melalui jalan yang sistematis dan dapat diuji kebenarannya, bila tidak dapat diuji bukanlah suatu teori. Jadi Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Sehingga secara umum teori mempunyai tiga fungsi yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala.
Dalam bidang Administrasi pendidikan Hoy & Miskel (2001) mengemukakan definisi teori adalah seperangkat konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi.
Berdasarkan yang dikemukakan Hoy & Miskel (2001) tersebut dapat dikemukakan disini bahwa 1) teori itu berkenaan dengan konsep, asumsi, dan generalisasi yang logis, 2) berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku yang memiliki keteraturan, 3) sebagai stimulant dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa teori merupakan suatu konsep atau asumsi tentang suatu objek yang digunakan sebagai penjelasan, dan mengungkapkan kebenarannya.

2. Tingkatan dan Fokus Teori
Numan (2003) mengemukakan tingkatan teori (level of theory) menjadi tiga yaitu, micro, meso, dan macro. Micro level theory : small slices of time, space, or a number of people. The concept are usually not nery abstract. Meso-level theory : attempts to llink macro and micro levels or to operate at an intermediate level. Macro level theory : concerns the operation of larger aggregates such as social institutions, entire culture systems, and whole societies it uses more concepts that are abstract. (Tingkat Mikro Teori: irisan kecil waktu, ruang, atau sejumlah orang. Konsep ini biasanya tidak Nery abstrak. Meso tingkat teori: mencoba untuk llink tingkat makro dan mikro atau untuk beroperasi pada tingkat menengah. Tingkat makro teori: keprihatinan pengoperasian agregat yang lebih besar seperti lembaga sosial, sistem budaya seluruh, dan seluruh masyarakat menggunakan konsep yang lebih yang abstrak)
Selanjutnya focus teori dibedakan menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal, dan middle range theory. Substantive theory is developed for a specific area of social concern, such as deliquent gangs. Strikes, diforce, or ras relation. Formal theory is developed for a broad conceptual area in fneral theory, such as deviance; socialization, or power. Middle range theory are slightly more abstract than empirical generalization or specific hypotheses. Middle range theories can be formal or substantive. Middle range theory is principally used in sociology to fuede empirical inquiry. (Teori substantif dikembangkan untuk wilayah tertentu dari kepedulian sosial, seperti geng deliquent. Pemogokan, diforce, atau hubungan ras. Teori formal dikembangkan untuk area konseptual yang luas dalam teori fneral, seperti penyimpangan, sosialisasi, atau kekuasaan. berbagai teori Tengah sedikit lebih abstrak dari generalisasi empiris atau hipotesis tertentu. berbagai teori Tengah dapat formal atau substantif. Teori Tengah rentang terutama digunakan dalam sosiologi untuk fuede penyelidikan empiris)
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih focus berlaku untuk obyek yang akan diteliti.

3. Kegunaan Teori Dalam Penelitian
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua penelitian harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori disini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis dan sebagai referensi unutk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
Cooper and Schindler (2003) menyatakan bahwa keguanaan teori dalam penelitian adalah :
a. Theory narrows the range of fact we need to study (Teori mempersempit kisaran kenyataan kita perlu mempelajari)
b. Theory suggest which research approaches are likely to yield the greatest meaning (Teori menyarankan pendekatan penelitian yang mungkin untuk menghasilkan makna terbesar)
c. Theory suggest a system for the research to impose on data in order to classify them in the most meaningful way (Teori menyarankan sistem untuk penelitian untuk memaksakan data untuk mengklasifikasikan mereka dengan cara yang paling berarti)
d. Theory summarizes what is known about object of study and states the uniformities that lie beyond immediate observation (Teori merangkum apa yang diketahui tentang objek studi dan menyatakan keseragaman yang berada di luar pengamatan langsung)
e. Theory can be used to predict fact that should be found. (Teori dapat digunakan untuk memprediksi fakta yang harus ditemukan)
Gawin dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyatakan bahwa fungsi teori the theory help the researcher to analyze data to make shorthand summarization or synopsis of data and realations, and to suggest new things to try out. (Teori tersebut membantu peneliti untuk menganalisis data untuk membuat summarization singkatan atau sinopsis data dan realations, dan untuk menyarankan hal-hal baru untuk mencoba). Selanjutnya ciri-ciri teori yang baik menurut Mouly adalah :
a. a theoretical system must permit deduction which be tested empirically
b. a theory must be compatible both with observation and with previously validated theory.
c. Theories must be stated in simple terms, that theory is best which explains the most in the simplest form.
d. Scientific theories must be based on empirical facts and relationship.
a. sistem teoritis harus izin pemotongan yang diuji secara empiris
b. Teori harus kompatibel baik dengan observasi dan dengan teori sebelumnya divalidasi.
c. Teori harus dinyatakan dalam istilah yang sederhana, teori yang terbaik yang menjelaskan paling dalam bentuk yang paling sederhana.
d. Teori-teori ilmiah harus didasarkan pada fakta empiris dan hubungan.

4. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variable yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan atau dideskripsikan akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknik tergantung pada jumlah variable yang diteliti.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variable-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variable yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut :
1. Tetapkan nama variable yang diteliti dan jumlah variabelnya.
2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi) sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variable yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topic yang relevan dengan setiap variable yang akan diteliti.
4. Cari defenisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topic buku yang sesuai dengan variable yang akan diteliti, lakukan analisis, renungkan, dan buatlah rumusan denga bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Dan sumber bacaannya digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.

B. KERANGKA BERPIKIR
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebgai masalah yang penting.
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variavel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variable independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variable moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variable itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variable tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigm penelitian. Oleh karena itu penyusunan paradigm penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan (Suriasumantri, 1986). Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuawan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variable yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variable yang diteliti. Sintesa tenga hubungan variable tersebut, selanjutnya digunakan unutk merumuskan hipotesis.
Langkah-langkah dalam menyusun kerangka pemikiran yang selanjutnya membuahkan hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan variable yang diteliti
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menetapkan variable yang diteliti. Berapa jumlah variable yang diteliti, dan apakah nama setiap variable, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang dikemukakan.
2. Membaca buku dan hasil penelitian
Setelah variable ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah laporan penelitian, journal ilmiah, Sripsi, Tesis, dan Disertasi.
3. Deskripsi teori dan hasil penelitian
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori yang berkenaan dengan variable yang diteliti. Seperti telah dikemukan, deskripsi teori berisi tentang, definisi terhdap masing-masing variable yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variable, dan kedudukan antara variable satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu.
4. Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil peneltian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri.
5. Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian
Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antra teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.
6. Sintesa kesimpulan
Selanjutnya peneliti melakukan sistesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variable satu dengan variable yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.
7. Kerangka berfikir
Selanjutnya disusun kerangka berfikir. Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa keranka berfikir yang asosiatif/ hubungan maupun komparatif/ perbandingan. Kerangka berfikir asosiatif dapat menggunakan kalimat : jika begini maka akan begitu; jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi. Jika kepemimpinan kepala sekolah baik, maka iklim kerja sekolah akan baik. Jika kebijakan pendidikan dilaksanakan secara baikdan konsisten, maka kualitas SDM di Indonesia akan meningkat pada gradasi yang tinggi.
8. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila kerangka berfikir berbunyi “jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi”, maka hipotesisnya berbunyi “ada hubungan positif dan signifikan antara kompetensi guru dengan hasil belajar”
Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir yang baik, memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Variable yang diteliti harus dijelaskan
2. Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan/hubungan antar variable yang diteliti dan ada teori yang mendasari.
3. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variable itu positif atau negative, berbentuk simetris, kausal atau interaktif (timbale balik).
4. Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (paradigm penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka piker yag dikemukakan peneliti.

C. PENGAJUAN HIPOTESIS
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat ekploratif dan deskriptif sering tiding merumuskan hipotesis.
Hipotesis meruapakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis tehadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiric dengan data.
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis.
Terdapat dua jenis hipotesis yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistic. Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang telah dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Sedangkan hipotesis statistik hipotesis penelitian jika bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik. Dugaan apakah data sampel itu dapat diberlakukan ke populasi atau tidak, dinamakan hipotesis statistic. Dalam pembuktian ini akan muncul istilah signifikan atau taraf kesalahan atau kepercayaan dari pengujian. Signifikan artinya hipotesis penelitian yang telah terbukti pada sampel itu (baik deskriptif, komparatif, mupun asosiatif) dapat diberlakukan ke populasi.
Contoh hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis statistik dapat dilihat sebagai berikut :
1. Ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar dalam sampel dengan populasi. Prestasi belajar anak paling tinggi dengan nilai 6,5 (hipotesis deskriptif, sering tidak dirumuskan dalam penelitian)
2. Terrdapat perbedaan yang signifikan antara semangat belajar anak dari keluarga petani dan nelayan ( hipotesis komparatif, petani dan nelayan adalah sampel)
3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kerajinan belajar dengan prestasi belajar anak pada sekolah A (hipotesis asosiatif/hubungan; data dari sekolah A diambil dengan sampel) ada hubungan yang positif artinya, bila anak rajin belajar, maka prestasi belajar akan tinggi.

Bentuk-Bentuk Hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tngkat ekspalarasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu : rumusan masalah deskriptif (variable mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif/ hubungan.

Paradigma Penelitian, Rumusan Masalah dan Hipotesis
Paradigma penelitian merupakan pola fikir yang menunjukkan hubungan antara variable yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis dan tekhnik analisis statistic yang akan digunakan.
Setiap paradigm penelitian minimal terdapat satu rumusan masalah penelitian, yaitu masalah deskriptif. Berikut ini contoh judul penelitian, paradigm, rumusan masalah dan hipotesis penelitian.
a. Judul Penelitian
Hubungan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar murid. (gaya kepemimpinan adalah variable independen (X) dan prestasi kerja adalah variable dependen (Y).
b. Paradigma Penelitian
X Y
c. Rumusan Masalah
1. Seberapa baik gaya kepemimpinan kepala sekolah yang ditampilkan ? (bagaimana X)
2. Seberapa baik prestasi belajar siswa ? (bagaimana Y)
3. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar siswa? (adakah hubungan antara X dan Y?) rumusan masalah asosiatif.
d. Hipotesis Penelitian
1. Gaya kepemimpinan yang ditampilkan Kepala Sekolah (X) ditampilkan kurang baik, dan nilainya paling tinggi 60% dari criteria yang diharapkan.
2. Prestasi belajar siswa (Y) kurang memuaskan, dan nilainya paling tinggi 65.
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajara siswa, artinya makin baik kepemimpinan kepala sekolah, maka akan semakin baik pula prestasi belajar siswa.
Untuk bisa diuji dengan statistic, maka data yang didapatkan harus diangkakan. Untuk bisa diangkakan, maka diperlukan instrument yang memiliki skala pengukuran. Untuk judul diatas ada dua instrument yaitu instrument gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dan prestasi belajar siswa.

Karakteristik Hipotesis Yang Baik
a. Merupakan dugaan terhadap keadaan variable mandiri, perbandingan keadaan variable pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variable atau lebih. (pada umumnya hipotesis deskriptif tidak dirumuskan)
b. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran.
c. Dapat diuji denan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.